Pemetaan Peluang Kebutuhan Tenaga Kerja dalam Dunia Usaha dan Dunia Industri Berbasis SMK di Kabupaten Kediri

Bonus demografi Indonesia puncaknya akan terjadi pada 2030-2040 dimana pada periode tersebut, penduduk usia produktif diprediksi mencapai 64 persen dari total jumlah penduduk yang diproyeksikan sebesar 297 juta jiwa. Bonus demografi juga berpotensi menjadi masalah sosial jika tidak dipersiapkan dengan matang. Memaksimalkan bonus demografi menjadi keunggulan yang potensial untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat peningkatan kualitas dan daya saing Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi sangat penting. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai salah satu jenjang pendidikan menengah yang menyiapkan tenaga kerja industri harus menjadi fokus utama dalam upaya peningkatan kualitas SDM.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) bertujuan untuk mempersiapkan siswa agar memiliki kesiapan untuk bekerja, berjiwa wirausaha, cerdas, memiliki daya saing agar dapat berkompetisi dalam pasar global. Pendidikan kejuruan dapat menjadi tulang punggung perbaikan ekonomi negara dalam jangka panjang yang lebih futuristik jika kompetensi lulusannya diarahkan sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja dan perkembangan bisnis (Mulyati, et al., 2014). Kesuksesan kegiatan pendidikan pada sekolah kejuruan akan dinilai dari seberapa besar lulusannya dapat terserap di dunia kerja atau berwirausaha. Pengalaman dari berbagai negara maju, seperti di Uni Eropa; pendidikan kejuruan dan pelatihan berkontribusi besar untuk penyiapan tenaga kerja dengan kualifikasi level menengah (European Centre for the Development of Vocational Training (Cedefop), 2011).

Pasal 15 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional secara spesifik menyebutkan tujuan khusus SMK yaitu menyiapkan siswa supaya menjadi manusia produktif, mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada di

dunia usaha dan dunia industry sebagai tenaga kerja tingkat menengah sesuai dengan kompetensi dalam program keahlian yang dipilihnya. Hal senada dikemukakan oleh Clarke & Winch (2007) yang menyatakan bahwa pendidikan vokasional bermaksud untuk mengembangkan ketenagakerjaan, pemeliharaan, percepatan, dan peningkatan kualitas tenaga kerja dalam rangka meningkatkan produktifitas masyarakat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa salah satu ukuran yang dapat digunakan untuk mengukur kualitas kegiatan pendidikan di SMK adalah dengan menilai sejauh mana kesiapan bekerja para siswa dan para lulusannya.


Komentar